Senin, 12 November 2012

Ledakan Challenger dan Pembangunan Aceh




Bisa jadi sebagian kita mengernyitkan dahi mencoba menerka ada apa dengan Challenger dan Aceh saat membaca judul diatas.  Chalengger apa yang dimaksud? Apakah pesawat ulang alik Amerika Serikat yang meledak pada tahun 1986? Jika iya, ada hubungan apa antara keduanya.

Ya . Challenger yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pesawat ruang angkasa Challenger yang meledak  73 detik setelah lepas landas dari Kennedy Space Center di Florida. Tujuan dari tulisan ini adalah mencoba untuk mengambil pelajaran dari musibah ini terhadap proses pembangunan di Aceh.

Penyebab dari ledakan pesawat ulang alik ini adalah tidak berfungsinya sebuah komponen kecil yang disebut O-Ring. Kegagalan komponen dari karet ini menyebabkan lidah api menyambar tanki bahan bakar dan membuat pesawat canggih  ini meledak dan hancur berkeping-keping. O-Ring merupakan komponen sederhana dengan harga murah sekitar 10 dolar. Namun kegagalannya melaksanakn tugasnya menyebabkan sebuah sistem canggih seharga 6,7 milyar dolar menjadi rongsokan plus kematian 7 orang sumber daya manusia terbaik di Amerika Serikat.

Kemudian tragedi ini menginspirasi Michael Kremer, seorang ekonom, untuk menformulasikan sebuah teori pertumbuhan ekonomi yang disebut dengan O-Ring Theory of Development. Teori ini mengatakan bahwa kinerja sebuah pembangunan adalah akumulasi dari produktifitas setiap komponen pembangunan. berhasil tidaknya pembangunan tergantung bukan pada komponen terbesar atau terkuat namun pada komponen terlemah (the weakest link). Karenanya teori pembangunan ini mensyaratkan produktifitas yang sama antara setiap komponen jika kinerja maksimal ingin diraih. Perbedaan kecil produktifitas antara komponen akan menyebabkan kinerja turun secara signifikan.

Dalam teori organisasi, O-Ring Theory ini identic dengan konsep Total Quality Management (TQM) yang diperkenalkan oleh Edward Deming dan kemudian menjadi rahasia sukses kinerja industri manufaktur Jepang. Prinsip TQM menempatkan kualitas sebuah produk akhir tergantung pada kualitas setiap proses produksinya. O-Ring Theory dan TQM menempatkan kualitas komponen bukan kuantitas sebagai faktor penentu keberhasilan sebuah sistem

Pembangunan adalah sebuah sistem. Ia mempunyai komponen-komponen yang berkontribusi pada hasil akhir pembangunan. Kualitas Pembangunan Aceh adalah akumulasi dari kualitas pembangunan di 23 kabupaten  dan kota yang ada didalamnya. Kinerja Pemerintah Aceh juga ditentukan oleh lebih dari 40 SKPA dibawah administrasinya. Pembangunan juga tidak semata produk pemerintah namun juga hasil kegiatan dari segala pihak dalam masyarakat Aceh.

Ketika ingin kualitas pembangunan Aceh maksimal, maka matching (penyerataan) kualitas masing-masing sub-sistem mutlak dilakukan. Ketimpangan hanya menyebabkan kualitas pembangunan menjadi miring bahkan gagal (misalnya ketimpangan yang menyebabkan konflik). Kinerja kabupaten dan kota harus diangkat secara setimbang dan merata. Begitu juga dengan kualitas SKPA. Setiap individu yang ingin berkontribusi kepada kesejahteraan harus diberikan lapangan yang rata atau kesempatan yang sama (leveling playing field). Ketika kualitas seluruh komponen tinggi dan seragam, maka pembangunan pun lebih terasa efektifitasnya. 

Sumberdaya manusia merupakan aktor utama dalam pembangunan. Karena manusia mempunya free-will akan peningkatan kualitas. Pemerintah perlu menciptakan sistem insentif perlu untuk memicu proses matching kualitas ini. Mengapa? Karena people respond to incentives. Just as Allah guides us by hope for heaven and fear of hell.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar