Bisa jadi sebagian kita mengernyitkan dahi mencoba menerka ada apa dengan Challenger dan Aceh saat membaca judul diatas. Chalengger apa yang dimaksud? Apakah pesawat ulang alik Amerika Serikat yang meledak pada tahun 1986? Jika iya, ada hubungan apa antara keduanya.
Ya . Challenger yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pesawat ruang angkasa Challenger yang meledak 73 detik setelah lepas landas dari Kennedy Space Center di Florida. Tujuan dari tulisan ini adalah mencoba untuk mengambil pelajaran dari musibah ini terhadap proses pembangunan di Aceh.
Penyebab
dari ledakan pesawat ulang alik ini adalah tidak berfungsinya sebuah komponen
kecil yang disebut O-Ring. Kegagalan komponen dari karet ini menyebabkan lidah
api menyambar tanki bahan bakar dan membuat pesawat canggih ini meledak dan hancur berkeping-keping. O-Ring merupakan komponen sederhana dengan harga murah
sekitar 10 dolar. Namun kegagalannya melaksanakn tugasnya menyebabkan sebuah
sistem canggih seharga 6,7 milyar dolar menjadi rongsokan plus kematian 7 orang
sumber daya manusia terbaik di Amerika Serikat.
Kemudian tragedi
ini menginspirasi Michael Kremer, seorang ekonom, untuk menformulasikan sebuah
teori pertumbuhan ekonomi yang disebut dengan O-Ring Theory of Development. Teori ini mengatakan bahwa kinerja
sebuah pembangunan adalah akumulasi dari produktifitas setiap komponen pembangunan.
berhasil tidaknya pembangunan tergantung bukan pada komponen terbesar atau
terkuat namun pada komponen terlemah (the
weakest link). Karenanya teori pembangunan ini mensyaratkan produktifitas
yang sama antara setiap komponen jika kinerja maksimal ingin diraih. Perbedaan kecil
produktifitas antara komponen akan menyebabkan kinerja turun secara signifikan.
Dalam teori
organisasi, O-Ring Theory ini identic
dengan konsep Total Quality Management
(TQM) yang diperkenalkan oleh Edward Deming dan kemudian menjadi rahasia sukses
kinerja industri manufaktur Jepang. Prinsip TQM menempatkan kualitas sebuah
produk akhir tergantung pada kualitas setiap proses produksinya. O-Ring Theory
dan TQM menempatkan kualitas komponen bukan kuantitas sebagai faktor penentu
keberhasilan sebuah sistem
Pembangunan
adalah sebuah sistem. Ia mempunyai komponen-komponen yang berkontribusi pada hasil
akhir pembangunan. Kualitas Pembangunan Aceh adalah akumulasi dari kualitas
pembangunan di 23 kabupaten dan kota
yang ada didalamnya. Kinerja Pemerintah Aceh juga ditentukan oleh lebih dari 40
SKPA dibawah administrasinya. Pembangunan juga tidak semata produk pemerintah
namun juga hasil kegiatan dari segala pihak dalam masyarakat Aceh.
Ketika ingin
kualitas pembangunan Aceh maksimal, maka matching (penyerataan) kualitas
masing-masing sub-sistem mutlak dilakukan. Ketimpangan hanya menyebabkan
kualitas pembangunan menjadi miring bahkan gagal (misalnya ketimpangan yang
menyebabkan konflik). Kinerja kabupaten dan kota harus diangkat secara
setimbang dan merata. Begitu juga dengan kualitas SKPA. Setiap individu yang
ingin berkontribusi kepada kesejahteraan harus diberikan lapangan yang rata atau kesempatan yang sama (leveling playing field). Ketika kualitas seluruh komponen tinggi dan seragam, maka pembangunan pun lebih terasa efektifitasnya.
Sumberdaya
manusia merupakan aktor utama dalam pembangunan. Karena manusia mempunya
free-will akan peningkatan kualitas. Pemerintah perlu menciptakan sistem insentif
perlu untuk memicu proses matching
kualitas ini. Mengapa? Karena people
respond to incentives. Just as Allah
guides us by hope for heaven and fear of hell.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar