Presiden Barrack Hussein Obama kembali terpilih menjadi commander in chief negara adidaya Amerika Serikat. Ia mengikuti senior demokrat, Franklin D Roosevelt, yang kembali dipilih jadi presiden meskipun keadaan ekonomi masih morat marit. FDR terpilih ditengah Great Depression dan Obama masih dipercaya rakyat Amerika Serikat meskipun Great Recession belum pulih sepenuhnya.
Hampir semua
pengamat mengatakan tantangan terbesar pertama Obama pasca kemenangan dalam
pemilu AS adalah fiscal cliff. Fiscal cliff (tebing fiskal) didefinisikan
sebagai diskontinuitas fiskal akibat berakhirnya program pengurangan pajak yang
diberlakukan sejak 2001 (lebih dikenal dengan Bush Tax Cut) dan akan
diberlakukan pengurangan pengeluaran pemerintah. Kedua peristiwa fiskal ini
akan terjadi bersamaan tanggal 1 Januari 2013 dan merupakan hasil barter
politik antara presiden dari Partai Demokrat dan kongres yand didominasi Partai
Republik tentang kebijakan pengurangan beban hutang AS.
Fiscal cliff menjadi isu sangat krusial karena masih belum pulihnya perekonomian AS pasca resesi. Tebing fiskal ini akan
menyebabkan kenaikan pajak yang berarti uang yang dimiliki rakyat (konsumen)
akan lebih sedikit dan pengeluaran pemerintah pun berkurang. Diperkirakan total
uang yang didapat pemerintah AS dari kenaikan pajak dan pengurangan belanja ini sebesar 800 milyar US dolar pada tahun 2013.
Namun dana tersebut bukan untuk dibelanjakan untuk memulihkan ekonomi melainkan
uang sebesar PDB tahunan Indonesia itu akan hilang dari ekonomi AS karena digunakan
untuk memperkecil defisit dan mencicil hutang. Congressional Budget Office –sebuah lembaga riset bi-partisan di lingkungan
kongres AS- memprediksi jika fiscal cliff
ini terjadi maka AS akan kembali ke masa resesi dengan tingkat pengangguran
naik menjadi 9.1 persen pada akhir 2013.
Fiscal cliff masih bisa dihindari apabila ada
kesepakatan antara presiden dan kongres. Namun balance of power hasil pemilu 6 November 2012 kemarin menyisakan
kekhawatiran. Komposisi politik antara presiden, kongres dan senat tidak banyak
berubah membuat tantangan deadlock
menghantui negosiasi tentang tebing fiskal ini sebagaimana yang terjadi pada
negosiasi tentang debt ceiling pada pertengahan tahun 2011.
Presiden
Obama dalam kampanyenya mengatakan bahwa ia akan melanjutkan pengurangan pajak
kepada rakyat yang berpenghasil dibawah 250.000 dolar per tahun. Pemberhentian pengurangan
pajak hanya berlaku pada rakyat yang berpenghasilan diatas ambang tersebut dan
pajak pendapatan yang berasal dari dividen dan keuntungan kapital lainnya. Di sisi
pengeluaran, pemerintah akan mengurangi pos pengeluaran pertahanan yang saat
ini menjadi salah satu penyebab deficit dan hutang AS menggunung. Selain itu, Obama
mengindikasikan bahwa permasalahan defisit ini juga disebabkan oleh daya saing ekonomi
AS yang makin terpuruk. Banyak industri terutama manufaktur yang hengkang dari
AS. Karenanya ia berjanji akan memprioritaskan program-program yang menopang
bangkitnya daya saing. Kebijakan imigrasi yang memudahkan SDM berkualifikasi
dari seluruh dunia untuk hijrah ke AS, investasi di bidang pendidikan dan riset
hingga kebijakan energi terbarukan.
Dengan kembalinya
daya saing AS dan diikuti oleh makin kokohnya perekonomian AS, Obama berharap
permasalahan defisit anggaran, perdagangan dan hutang akan sedikit demi sedikit
dapat diselesaikan.
Tebing Fiskal Aceh
Meski dalam horizon waktu yang lebih panjang, Aceh juga akan mengalami fiscal
cliff. Malah tebing fiskal di Aceh terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama
akan terjadi pada tanggal 1 Januari 2023 dan lima tahun kemudian diikuti oleh
tahap kedua pada tanggal 1 januari 2028. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
Tentang Pemerintahan Aceh Pasal 183 ayat
2 menyebutkan Aceh akan menerima dana otonomi khusus sebesar dua persen dari
total dana alokasi umum (DAU) nasional selama 15 tahun dan satu persen DAU
nasional untuk 5 tahun berikutnya. Transfer dana otonomi khusus ini dimulai
pada tahun 2008 (Pasal 258 ayat 2).
Postur
fiskal Aceh saat ini membuat timeline
tersebut diatas menjadi sangat penting. Dana otonomi khusus merepresentasikan
lebih dari setengah dari total penerimaan Aceh. Pengurangan secara signifikan penerimaan
pemerintah dapat membuat perekonomian Aceh loyo. Apalagi kontribusi belanja
pemerintah terhadap ekonomi Aceh masih dominan. Penurunan belanja pemerintah
akan mempengaruh sektor swasta di Aceh yang saat ini masih dimanjakan oleh
proyek-proyek pemerintah.
Ancaman tebing
fiskal yang terpampang di horizon seharusnya membuat pemerintah melakukan
kebijakan antisipatif. Apalagi sudah lima tahun dana otsus sejumlah puluhan
trilyun telah ditransfer ke Aceh namun indikator pembangunan Aceh masih lamban
bergerak. Aceh tidak mempunyai pilihan lain selain mempersiapkan kemandirian
ekonomi dan fiskal. Sejarah menunjukkan bahwa negara maju adalah negara yang dibiayai
oleh rakyatnya melalui pajak. Cukup tidaknya
pajak untuk membiayai kegiatan pemerintahan tergantung pada kemampuan ekonomi.
Kemandirian
ekonomi ditentukan oleh sektor swasta bukan oleh pemerintah. Sektor swasta yang
dinamis itu bertumpu pada kualitas rakyat. Harapan, motivasi dan kewirausahaan
harus dimunculkan pada seluruh komponen masyarakat. Kebijakan pendidikan
seharusnya fokus pada mutu (kurikulum, kemampuan guru) bukan pada bangunan
fisik. Mutu pendidikan yang baik akan menghasilkan kualitas tenaga kerja yang
prima yang mempunyai produktifitas kerja tinggi. Ia akan merubah potensi alam
Aceh menjadi komoditas atau produk bernilai tinggi. Ketersediaan tenaga kerja
kualitas tinggi juga akan menarik bisnis dan investasi di Aceh. Kondisi ini
akan membuat perekonomian Aceh menjadi menggeliat dan membuat kemampuan
membayar pajak akan meningkat sehingga kemampuan
fiskal Aceh pun naik.
Infrastruktur
utama yang menjadi kendala bagi pertumbuhan bisnis dan investasi di Aceh adalah
energi. Defisit energi akan membuat pelaku bisnis enggan membangun pabrik dan
memperkerjakan tenaga kerja Aceh. Pemerintah Aceh harus mempercepat pembangunan
pembangkit tenaga listrik baik yang sedang dikerjakan maupun masih bersifat
potensi yang ekonomis. Hal ini penting untuk membuat balance of energy menjadi positif dan pelaku ekonomi dapat memulai
usahanya.
Identik
dengan apa yang dilakukan Presiden Obama, daya saing Aceh harus menjadi sasaran
utama demi menarik lebih banyak sumber daya untuk memastikan kemandirian
ekonomi dan fiskal Aceh. Ketika kemandirian fiskal telah tercapai, penurunan drastis
transfer dana otonomi khusus pada tahun 2022 dan berakhir total pada tahun 2027
akan digantikan dengan PAD dan juga ketahanan dan kemandirian ekonomi rakyat yang
lagi tidak bergantung pada proyek-proyek pemerintah.
http://atjehpost.com/read/2012/11/14/27702/77/3/Fiscal-Cliff-Antara-Amerika-Serikat-dan-Aceh
http://atjehpost.com/read/2012/11/14/27702/77/3/Fiscal-Cliff-Antara-Amerika-Serikat-dan-Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar