“Tantangan perekonomian Aceh di 2018 adalah bagaimana pertumbuhan
ekonomi yang diprediksi relatif tinggi
menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang ditandai dengan pengurangan
ketimpangan, penurunan kemiskinan dan tingkat pengangguran”
Perekonomian
Aceh pada triwulan III Tahun 2017 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
Pertumbuhan ekonomi mengalami percepatan meski masih dibawah rerata nasional.
Dalam kuartal tersebut Aceh mengalami pertumbuhan ekonomi migas dan non-migas
masing-masing sebesar 4,78 dan 4,91 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi
nasional pada kurun yang sama mencapai 5,06 persen. Selaras dengan perkembangan
positif pertumbuhan ekonomi, capaian tingkat pengangguran pada semester akhir
tahun 2017 juga membukukan penurunan pengagguran yang signifikan, yaitu 6,57
persen turun dari 1 persen dari posisi Agustus 2016 sebesar 7,57 persen. Diperkirakan kinerja perekonomian Aceh akan
menjadi lebih baik pada penutupan tahun 2017 atau kuartal keempat yang
disebabkan oleh penyerapan anggaran pemerintah yang lebih optimal dan
meningkatnya sektor tersier akibat even pariwisata dan musim liburan akhir
tahun. Meskipun demikian, kejadian
bencana seperti banjir di beberapa kabupaten/kota dapat menahan perkiraan prestasi
ekonomi tersebut. Lalu bagaimana dengan outlook
perekonomian Aceh pada tahun 2018?
Lembaga
Pembangunan Internasional seperti World Bank dan International Monetary Fund
(IMF) memprediksikan bahwa keadaan ekonomi global pada tahun 2018 masih meneruskan
momentum perbaikan di tahun 2017. World Bank melalui rilis dalam Global
Economic Prospect Juni 2017 memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun
meningkat menjadi 2,9 persen dibanding 2,7 persen di tahun 2017. Perbaikan
kinerja ekonomi ini disebabkan sektor manufaktur dan perdagangan dunia terus
menggeliat akibat membaiknya kinerja negara-negara maju terutama Uni Eropa dan
Jepang. Begitu juga dengan negara berkembang (Emerging Market and Developing Economies-EMDEs) yang diperkirakan
akan tumbuh 4,6 persen di 2018 dibanding tahun 2017 yang tumbuh 4,1 persen.
Perbaikan
ekonomi dunia mempunyai implikasi pada membaiknya harga komoditas global. Commodity Market Outlook Edisi Oktober
2017 memprediksikan harga komoditas energi dan pertanian mengalami peningkatan. Harga energi dunia meningkat 4 persen. Minyak
mentah memiliki harga US$ 56 per barrel meningkat dari US$ 53 per barrel di
2017. Selanjutnya, harga gas bumi meningkat 3 persen dunia sedangkat harga batu bara dunia mengalami
penurunan hingga US$ 70 per metric ton pada tahun 2018 dari US$ 85. Di sisi
pertanian, komoditas yang mengalami peningkatan harga yaitu komoditas kakao,
minyak sawit/CPO, kopi robusta dan udang masing meningkat sebesar 2,9 persen,
1,6 persen dan 8,7 persen dibanding harga pada 2017. Sedangkan harga komoditas kopi Arabica tidak
mengalami perubahan.
Selanjutnya,
jika kita melihat ke ekonomi nasional, keadaan ekonomi Indonesia tahun 2018
diprediksikan akan lebih baik dari tahun sebelumnya. World Bank dan IMF
memprediksikan pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar 5,3 persen. Bank Indonesia
malah memprediksi Indonesia akan tumbuh dalam kisara 5,1 hingga 5,5 persen. Pemerintah Indonesia dalam menyusun APBN 2018
mentargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen lebih tinggi dari proyeksi
2017 yaitu 5,2 persen.
APBN
2018 menganggarkan alokasi pembangunan ekonomi sebesar Rp. 335,5 Trilyun untuk
mendukung upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan
memperkuat daya dorong ekonomi. Selanjutnya, anggaran infrastruktur yang dialokasikan
sebesar Rp. 410,4 Trilyun ditujukan untuk menutup kesenjangan Indonesia dalam
penyediaan infrastruktur. Anggaran tersebut diprioritaskan untuk mengembangkan
konektivitas untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi, jalur utama logistik,
dan integrasi antar moda dalam rangka
mendorong pengembangan wilayah strategis. Dari sisi stabilisasi, subsidi energi
pada tahun 2018 meningkat 5,1 persen dari 2017 yaitu sebesar Rp. 94,5
Trilyun. Peningkatan subsidi energi ini
ditujukan sebagai pengendalian inflasi dan mengurangi beban pengeluaran
masyarakat miskin akibat naiknya harga energi dunia. Selain
itu, pengalokasi dana desa sebesar Rp. 60 Trilyun, naik dari Rp. 58,2 Trilyun
di 2017. Alokasi dana desa akan
memberikan keuntungan yang signifikan pada perekonomian di pedesaan.
Outlook
Ekonomi Aceh 2018
Perkembangan
ekonomi global terutama perkembangan harga komoditas serta kebijakan belanja
dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan mempengaruhi kinerja
ekonomi Aceh, terutama dari sisi perdagangan dan fiskal. Perekonomian Aceh yang ditopang oleh sektor
pertanian diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan akibat membaiknya harga
komoditas seperti minyak kelapa sawit dan kakao. Prediksi iklim pada tahun 2018
diperkirakan kondusif terhadap peningkatan produksi pertanian juga akan
berkontribusi pada peningkatan perekonomian Aceh.
Selain
itu, peningkatan harga komoditas energi juga akan memberikan lecutan terhadap
ekonomi Aceh. Produksi Migas Blok A di Aceh Timur yang diperkirakan mulai
produksi pada awal tahun 2018 akan meningkatkan signifikan kontribusi sektor
ini. Selain itu, perkembangan harga komoditas batu bara yang masih diatas harga tahun 2016 akan
mendorong ekspor komoditas fosil ini.
Sektor
industri dan pariwisata juga diperkirakan akan tumbuh. Kawasan Ekonomi Khusus
Arun Lhokseumawe yang akan melakukan ground
breaking pada awal 2018 diyakini akan mengundang investasi melalui berbagai
fasilitas fiskal. Begitu juga Kawasan PPS Lampulo yang sudah menerima investasi
di bidang perikanan dan Kawasan Industri Aceh Ladong yang diproyeksi akan
keluar izin usaha kawasan industri pada tahun 2018 akan menggenjot investasi di
Aceh. Sektor pariwisata juga dipercaya akan melanjutkan momentum pertumbuhan
tinggi melalui beberapa event seperti Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) dan event
pariwisata internasional lainnya.
Perekonomian
Aceh Tahun 2018 diprediksi akan mencapai target pertumbuhan ekonomi sebagaimana
ditetapkan dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh
Tahun 2017-2022, yaitu 5 persen. Kontribusi utama pertumbuhan berasal dari
sektor pertambangan dan penggalian, pertanian, pariwasata, investasi serta ekspor
Namun juga ada potensi permasalahan sebagai implikasi perkembangan
ekonomi tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak merata. Kabupaten
penghasil komoditas energi dan komoditas kelapa sawit seperti Aceh Timur dan
Aceh Barat , Nagan Raya akan tumbuh lebih tinggi. Hasilnya ketimpangan ekonomi
dapat meningkat. Selain itu, sektor yang diprediksi tumbuh seperti
pertambangan, investasi/industri dan pariwisata merupakan sektor yang
membutuhkan keterampilan yang khas.
Dipublikasi di Tabloid Tabangun Aceh, Edisi Desember 2017.