Selasa, 02 Januari 2018

Outlook Perekonomian Aceh 2018

Tantangan perekonomian Aceh di 2018 adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi yang diprediksi relatif  tinggi menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang ditandai dengan pengurangan ketimpangan, penurunan kemiskinan dan tingkat pengangguran”

Perekonomian Aceh pada triwulan III Tahun 2017 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi mengalami percepatan meski masih dibawah rerata nasional. Dalam kuartal tersebut Aceh mengalami pertumbuhan ekonomi migas dan non-migas masing-masing sebesar 4,78 dan 4,91 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kurun yang sama mencapai 5,06 persen. Selaras dengan perkembangan positif pertumbuhan ekonomi, capaian tingkat pengangguran pada semester akhir tahun 2017 juga membukukan penurunan pengagguran yang signifikan, yaitu 6,57 persen turun dari 1 persen dari posisi Agustus 2016 sebesar 7,57 persen.  Diperkirakan kinerja perekonomian Aceh akan menjadi lebih baik pada penutupan tahun 2017 atau kuartal keempat yang disebabkan oleh penyerapan anggaran pemerintah yang lebih optimal dan meningkatnya sektor tersier akibat even pariwisata dan musim liburan akhir tahun.  Meskipun demikian, kejadian bencana seperti banjir di beberapa kabupaten/kota dapat menahan perkiraan prestasi ekonomi tersebut. Lalu bagaimana dengan outlook  perekonomian Aceh pada tahun 2018?  

Lembaga Pembangunan Internasional seperti World Bank dan International Monetary Fund (IMF) memprediksikan bahwa keadaan ekonomi global pada tahun 2018 masih meneruskan momentum perbaikan di tahun 2017. World Bank melalui rilis dalam Global Economic Prospect Juni 2017 memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun meningkat menjadi 2,9 persen dibanding 2,7 persen di tahun 2017. Perbaikan kinerja ekonomi ini disebabkan sektor manufaktur dan perdagangan dunia terus menggeliat akibat membaiknya kinerja negara-negara maju terutama Uni Eropa dan Jepang. Begitu juga dengan negara berkembang (Emerging Market and Developing Economies-EMDEs) yang diperkirakan akan tumbuh 4,6 persen di 2018 dibanding tahun 2017 yang tumbuh 4,1 persen.

Perbaikan ekonomi dunia mempunyai implikasi pada membaiknya harga komoditas global. Commodity Market Outlook Edisi Oktober 2017 memprediksikan harga komoditas energi dan pertanian mengalami peningkatan.  Harga energi dunia meningkat 4 persen. Minyak mentah memiliki harga US$ 56 per barrel meningkat dari US$ 53 per barrel di 2017. Selanjutnya, harga gas bumi meningkat 3 persen dunia  sedangkat harga batu bara dunia mengalami penurunan hingga US$ 70 per metric ton pada tahun 2018 dari US$ 85. Di sisi pertanian, komoditas yang mengalami peningkatan harga yaitu komoditas kakao, minyak sawit/CPO, kopi robusta dan udang masing meningkat sebesar 2,9 persen, 1,6 persen dan 8,7 persen dibanding harga pada 2017.  Sedangkan harga komoditas kopi Arabica tidak mengalami perubahan.

Selanjutnya, jika kita melihat ke ekonomi nasional, keadaan ekonomi Indonesia tahun 2018 diprediksikan akan lebih baik dari tahun sebelumnya. World Bank dan IMF memprediksikan pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar 5,3 persen. Bank Indonesia malah memprediksi Indonesia akan tumbuh dalam kisara 5,1 hingga 5,5 persen.  Pemerintah Indonesia dalam menyusun APBN 2018 mentargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen lebih tinggi dari proyeksi 2017 yaitu 5,2 persen.

APBN 2018 menganggarkan alokasi pembangunan ekonomi sebesar Rp. 335,5 Trilyun untuk mendukung upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperkuat daya dorong ekonomi. Selanjutnya, anggaran infrastruktur yang dialokasikan sebesar Rp. 410,4 Trilyun ditujukan untuk menutup kesenjangan Indonesia dalam penyediaan infrastruktur. Anggaran tersebut diprioritaskan untuk mengembangkan konektivitas untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi, jalur utama logistik, dan integrasi antar moda  dalam rangka mendorong pengembangan wilayah strategis. Dari sisi stabilisasi, subsidi energi pada tahun 2018 meningkat 5,1 persen dari 2017 yaitu sebesar Rp. 94,5 Trilyun.  Peningkatan subsidi energi ini ditujukan sebagai pengendalian inflasi dan mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin akibat naiknya harga energi dunia.   Selain itu, pengalokasi dana desa sebesar Rp. 60 Trilyun, naik dari Rp. 58,2 Trilyun di 2017.  Alokasi dana desa akan memberikan keuntungan yang signifikan pada perekonomian di pedesaan.

Outlook Ekonomi Aceh 2018

Perkembangan ekonomi global terutama perkembangan harga komoditas serta kebijakan belanja dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan mempengaruhi kinerja ekonomi Aceh, terutama dari sisi perdagangan dan fiskal.  Perekonomian Aceh yang ditopang oleh sektor pertanian diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan akibat membaiknya harga komoditas seperti minyak kelapa sawit dan kakao. Prediksi iklim pada tahun 2018 diperkirakan kondusif terhadap peningkatan produksi pertanian juga akan berkontribusi pada peningkatan perekonomian Aceh.

Selain itu, peningkatan harga komoditas energi juga akan memberikan lecutan terhadap ekonomi Aceh. Produksi Migas Blok A di Aceh Timur yang diperkirakan mulai produksi pada awal tahun 2018 akan meningkatkan signifikan kontribusi sektor ini. Selain itu, perkembangan harga komoditas batu bara  yang masih diatas harga tahun 2016 akan mendorong ekspor komoditas fosil ini.

Sektor industri dan pariwisata juga diperkirakan akan tumbuh. Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe yang akan melakukan ground breaking pada awal 2018 diyakini akan mengundang investasi melalui berbagai fasilitas fiskal. Begitu juga Kawasan PPS Lampulo yang sudah menerima investasi di bidang perikanan dan Kawasan Industri Aceh Ladong yang diproyeksi akan keluar izin usaha kawasan industri pada tahun 2018 akan menggenjot investasi di Aceh. Sektor pariwisata juga dipercaya akan melanjutkan momentum pertumbuhan tinggi melalui beberapa event seperti Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) dan event pariwisata internasional lainnya.

Perekonomian Aceh Tahun 2018 diprediksi akan mencapai target pertumbuhan ekonomi sebagaimana ditetapkan dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh Tahun 2017-2022, yaitu 5 persen. Kontribusi utama pertumbuhan berasal dari sektor pertambangan dan penggalian, pertanian, pariwasata, investasi  serta ekspor  Namun juga ada potensi permasalahan sebagai implikasi perkembangan ekonomi tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak merata. Kabupaten penghasil komoditas energi dan komoditas kelapa sawit seperti Aceh Timur dan Aceh Barat , Nagan Raya akan tumbuh lebih tinggi. Hasilnya ketimpangan ekonomi dapat meningkat. Selain itu, sektor yang diprediksi tumbuh seperti pertambangan, investasi/industri dan pariwisata merupakan sektor yang membutuhkan keterampilan yang khas.

Tantangan perekonomian Aceh di 2018 adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi yang diprediksi relatif  tinggi menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang ditandai dengan pengurangan ketimpangan, penurunan kemiskinan dan tingkat pengangguran. Karena itu,  kekuatan pasar yang berupa perkembangan ekonomi global perlu diimbangi dengan kebijakan ekonomi Aceh agar hasil pembangunan Aceh menjadi inklusif. Wallahua’lam bisshawab. 

Dipublikasi di Tabloid Tabangun Aceh, Edisi Desember 2017.